Jumat, 23 Agustus 2013

HUJATAN TERHADAP ULAMA DAN TOKOH-TOKOH IKHWANUL MUSLIMIN

IMAM ASYAHID HASAN AL BANNA
Al Ikhwan Al Muslimun adalah gerakan Islam terbesar abad modern yang didirikan oleh As Syahid Hasan Al Banna pada tahun 1928 M di Mesir. Fikrah dan jaringannya tersebar  keberbagai penjuru dunia mendapat sambutan yang luar biasa dan antusias dari mayoritas umat Islam. Umat menyambutnya dengan tangan terbuka dan senang hati seperti antrian pasien yang telah lama menanti seorang tabib yang akan mengobati penyakit mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri juga ada sebagian kecil umat yang menentangnya melalui berbagai media, majelis, dan lembaga yang mereka miliki. Pandangan sinis, Su'uzhann, bahkan tuduhan terus-menerus dilayangkan ke arah Ikhwan. Bahkan di mata mereka, Ikhwan adalah gerakan yang sama dengan tong sampah.*1
Tidak ada kekhawatiran sedikitpun jika berbagai celaan itu datangnya dari kalangan atheis, komunis, sosialis, kapitalis, sekuleris, hedonis dan berbagai isme materealis lainnya, karena itulah tugas mereka. Namun, kenyataan pahit bahwa celaan itu datangnya dari saudara seiman; kawan seperjuangan yang telah mendakwakan dirinya sebagai penyeru dakwah tauhid, pemberantas bid'ah dan syirik. Para Ulama dan tokoh-tokoh dakwah Islam dihina serendah dasar lautan. Mereka mengolok-olok memberi gelar Mubtadi' dan fasiq, serta menyingkirkan karya-karyanya dari peredaran. Sungguh tidak ada pembenaran sedikitpun dari perilaku ganjil mereka; tidak ada dalam Al Qur'an; tidak ada dalam hadits; dan tidak ada dalam atsar para sahabat dan salafush shalih.
Allah swt memang pernah mencela, Rasul pun demikian. Namun, semua itu ditujukan kepada manusia-manusia yang memang pantas menerimanya, seperti Fir'aun, Abu jahal, Abu Lahab, Bani Israel, dan penyembunyi kebenaran, kaum munafik. Semua telah dicela Allah swt dan Rasul-Nya. 
Namun, jika yang dicela adalah para ulama dan tokoh-tokoh dakwah yang telah diakui oleh umat Islam sedunia- bahkan diakui pembesar-pembesar ulama masa kini, termasuk panutan pencela-hal itu adalah pandangan yang sangat aneh dan tidak mengenakkan. Amat baik jika mereka memperbaiki dan merenovasi pola pikir , akhlak, dan adab mereka yang bermasalah.
Mereka menganggap telah melakukan upaya tahdzir.*2 -sebenarnya lebih tepat disebut celaan- terhadap ulama dan tokoh-tokoh Ikhwan seperti; Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qardhawi, Muhammad al Ghazaly, Abul A'la al Maududy, dan Abdul Qadir 'Audah. Tahdzir yang mereka inginkan didapat, begitu pula ketenaran. Banyak orang akan berkata, " Lihat si fulan berani men-tahdzir Yusuf al Qaradhawy" sehingga nama mereka diabadikan sebagai seorang yang berani menelanjangi kehormatan para ulama. Sejarah telah berjalan, manusia telah berganti, tetapi mereka yang tercaci tetap hidup di hati umat dan abadi karena keikhlasan mereka dalam fi sabilillah dengan darah dan pena mereka.
Banyak sekali hujatan dan celaan yang dilakukan oleh orang atas nama Ahlusunnah terhadap Ikhwan dan gerakan lain. sebagai contoh, ia berkomentar terhadap al Maududy, " Tulisannya kekal, sedang si penulis sudah biasa".
Syaikh Muhammad bin Hadi -semoga Allah swt memberi petunjuk kepadanya dan kita -pernah mengatakan bahwa Sururiyin dan Ikhwaniyin adalah ahli bid'ah paling berbahaya zaman ini. Yusuf al Qaradhawy dianggap ahli bid'ah dan al Qaradha (sang penggunting) Assunnah. Hasan Al Banna dituduh sebagai sufi berpaham bathiniyah (paham sesat dalam tasawwuf).
Ya Allah....! Kami tidak mengerti hal yang membuat Muhammad bin hadi bersikap seperti itu. Apakah ia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, bahwa fatwa Yusuf al Qaradhawy tentang jihad di palestina peperangan melawan israel adalah bukan masalah Aqidah, melainkan mereka telah menyerang dan mengusir penduduk Palestina -adalah fatwa paling jahat!
fatwa seperti itu adalah pandangan jumhur (mayoritas) ulama. jumhur ulama mengatakan peperangan kita dengan orang kafir bukanlah masalah aqidah, melainkan karena adanya permusuhan dan pengusiran yang mereka lakukan terhadap kita. Seperti yang dikatakan Ibnu Taimiyah dalam Risalah Qital. Apakah Muhammad bin Hadi menganggap jumhur ulama dan Ibnu Taimiyyah berfatwa jahat?
Masih kurang puas, Zaid bin Hadi membuat seruan terbuka kepada segenap toko buku dan penerbitan yang isinya agar manusia menjauhi buku-buku, kaset-kaset, dan selebaran yang dikarang Sayyid Quthb, Muhammah al Ghazaly, Muhammad Surur, Sa'id Hawwa, Salman al 'Audah, 'Aidh al Qarny. Demikianlah sebagian celaan itu, terjadi dan terus terjadi hingga hari ini. Hal itu pun diikuti sebagian kecil pemuda yang awam terhadap masalah sebenarnya sebagai taqlid mereka terhadap tokoh-tokoh mereka.
Seharusnya pemuda itu selain mempelajari akidah, fiqh, tafsir, dan hadits juga harus mempelajari cara seorang muslim berakhlak terhadap muslim lainnya, terhadap orangtua, guru, orang yang berbeda pandangan, dan ulama.
Sesungguhnya Rasulullah saw mengajarkan umat Islam untuk menghormati ulama dan mencintainya. Jika mereka keliru dalam ijtihad-nya, kita serahkan kepada ulama yang ilmunya mumpuni untuk memberi koreksi secara ilmiah dan etis tanpa mengingkari haknya untuk tetap memperoleh penghargaan satu pahala dari Allah Swt. Jika mereka benar, kita diajarkan untuk menerimanya karena kebenaran hakikatnya hanyalah dari Allah Swt. Tidak selayaknya kita malu menerima kebenaran itu walau datangnya dari musuh, apalagi dari ulama. Kesombongan adalah sikap tidak mau menerima kebenaran. 

Sumber : Al Ikhwan Al Muslimun / Farid Nu'man
*1 Penerjemah buku Terorisme dalam Tinjauan Islam ( Al Irhab wa Atsaruhu 'alal Afrad wal Umam-terjemahan langsungnya Teror dan Pengaruhnya atas Individu dam Umat) berkata, " tepat sekali jika gerakan IM dinyatakan sebagai gerakan tong/tempat sampah. Semua yang berbau busuk dan kotor ada di dalamnya." (Zaid bin Muhammad bin Hadi al Madkhaly, Terorisme dan Tinjauan Islam, hlm. 50, catatan kaki no.13). 
*2 Tahdzir adalah upaya ulama uuntuk menerangkan kekeliruan seseorang agar umat berhati-hati dan menjauhi kesalahan orang tersebut. Upaya Tahdzir itu harus dilakukan oleh orang yang mendalam ilmunya, buka para pemuda penuntut ilmu yang usil mulutnya.

Kamis, 15 Agustus 2013

SORGA ITU INDAH

Sorga atau Jannah adalah tempat yang dijanjikan oleh Allah swt bagi orang-orang yang bertaqwa, sorga merupakan balasan kebaikan dan pahala yang agung Ia merupakan kenikmatan yang sempurna tanpa kekurangan sedikitpun, kenikmatan yang banyak , kenikmatan yang hakiki selamanya penuh kenikmatan dan keindahan tiada berakhir sepanjang masa dan belum pernah dilihat oleh mata, belum terbayangkan oleh akal dan perasaan manusia. 

Allah swt berfirman di dalam Hadits Qudsi " Aku persiapkan untuk hamba-hambaku yang sholih sesuatu (sorga) yang belum dilihat oleh mata, belum didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh hati/pikiran manusia".

Lalu Rasulullah membaca ayat 17 dari surat As Sajdah:
Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. 

Dari keterangan Hadits dan ayat di atas Sorga adalah suatu tempat yang belum pernah satupun orang yang pernah mendatanginya ataupun melihat dan mendengarnya, karena Sorga adalah suatu hal yang ghoib yang hanya akan dinikmati di akhirat nanti, diakhir kehidupan di dunia ini setelah kehancuran dunia dan jagad raya beserta isinya. Namun demikian Rasulullah saw telah memberikan beberapa gambaran tentang kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalam Sorga. Pada suatu hari Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya " Tidakkah kalian bersungguh-sungguh meraih Sorga? sesungguhnya Sorga tidak terbayangkan keindahannya demi Allah Sorga adalah cahaya yang cemerlang, pohon-pohon yang indah dan wangi yang meliuk-liuk, istana yang tinggi, sungai yang mengalir, buah-buahan yang ranum, istri yang sangat molek dan cantik, pakaian indah, kekal selamanya, hidup penuh dengan kelapangan dan selalu berseri-seri, berada di tingkat yang tinggi......" (Sunan Ibnu Majah dan shohih Ibnu Hibn).
Diantara kenikmatan-kenikmatan yang terdapat di dalam Sorga adalah;
  1. Telaga Al Kautsar yang berarti kenikmatan yang banyak yang airnya dapat diminum, berwarna putih bahkan lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Allah swt berfirman di dalam surat Al Kautsar : 1
    إِنَّا  أَعْطَيْنَا كَ الْكَو ثَرَ
    "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (telaga Al kautsar)".

    Di dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik disebutkan " Al Kautsar adalah telaga yg Allah berikan kepada Rasulullah saw di Sorga. Tanahnya adalah minyak kesturi, warna airnya lebih putih dari susu, rasanya lebih manis dari madu didatngi oleh burung-burung yg lehernya seperti burung onta".
  2. Mata air yang mengalir. Allah swt berfirman:
    فِيهِمَا عَينا نِ تَجْرِ يا ن
    " Di dalam sorga itu ada dua buah mata air yang mengalir". QS Ar Rahman : 50
  3. Buah-buahan, Allah swt berfirman; QS Ar Rahman : 67" Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima".

    Allah swt berfirman : QS An Naba : 31-32
    " Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur".
    Diisyaratkan di kedua ayat tersebut bahwa di dalam Sorga terdapat buah-buahan seperti kurma, delima dan anggur namun demikian bukan berarti buah tersebut sama persis bentuk dan warnanya  dengan yang terdapat di dunia bisa jadi bentuk, warna dan rasanya mirip dengan buah-buahan yang disebutkan di kedua ayat tersebut bahkan lebih nikmat. 
  4. Pintu-pintu Sorga, dari Sahl bin Sa'ad sesungguhnya Rasulullah saw bersabda " Di dalam sorga ada delapan pintu, diantaranya adalah pintu Royyan, pintu yang khusus dimasuki oleh orang-orang yang biasa berpuasa" (HR Bukhori).
  5. Istana, rumah/kemah
    Allah swt berfirman didalam surat Ar Rahman : 72
حُو رٌ مّقصُو رَ تٌ في ا لخيا م
"yang jelita, putih bersih, dipingit dalam al khiyam (kemah/rumah)"

Kenapa kenikmatan akhirat jauh lebih baik dari kenikmatan dunia?
1. Kenikmatan dunia itu sangat sedikit
Katakanlah : " Kesenangan di dunia ini hanya sedikit/sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yg bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun".
2. Kenikmatan di Sorga -meskipun namanya sama dengan dg di dunia- hakekatnya jauh lebih baik dari kenikmatan dunia.
3. Kenikmatan di Sorga tidak membawa dampak yang jelek atau buruk sebagaimana kenikmatan di dunia.
4. Kenikmatan akhirat kekal selamanya.
5. Mencari kenikmatan dunia dan melupakan akhirat akan berakhir dengan penyesalan dan masuk neraka

Dan masih banyak lagi kenikmatan di sorga yang diperuntukkan bagi mereka hamba-hambanya yang sholeh.

Senin, 12 Agustus 2013

Faedah dan kaidah mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Para ulama terdahulu sangat antusias sekali mempelajari dan meneliti Kitab Suci Al Qur’an, mereka menyelidiki surat demi surat dan ayat demi ayat yang terdapat di dalam Al Qur’an untuk ditertibkan sesuai dengan turunnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan suatu kecermatan yang memberikan kepada Ulama peneliti gambaran mengenai kebenaran ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyyah. Itulah sikap ulama kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap Al qur’an dan juga masalah lainnya.
Merupakan satu kerja yang sangat besar apabila seorang ulama peneliti mnyelidiki turunnya wahyu dalam segala tahapannya, mengkaji ayat-ayat, serta kapan dan di mana turunnya apakah termasuk Makkiyah atau Madaniyah. Apabila terdapat surat atau ayat yang kurang jelas karena banyak ragamnya, maka akan ia kumpulkan, bandingkan dan klasifikasikan mana yang serupa dengan yang turun di Makkah dan mana pula yang serupa dengan yang turun di Madinah.
Para ulama yang meneliti tentang ilmu Maki dan Madani sangat berjasa sekali di dalam mengembangkan ilmu-ilmu yang terdapat di dalam Al Qur’an sehingga memudahkan umat islam untuk mempelajari dan menfasirkan Al Qur’an sehingga bermanfaat bagi umat baik di dunia maupun di akhirat. Sungguh para ulama-ulama tersebut akan mendapatkan kemuliaan dan kebaikan di dunia maupun di akhirat, Rasulullah saw bersabda خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهsebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al qur’an dan mengajarkannya”.
FAEDAH MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.       Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Al Qur’an.
2.       Meresapi gaya bahasa Al Qur’an dan memanfaatkannya dalm metode berdakwah menuju jalan Allah.
3.       Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al Qur’an.
CARA MENGETAHUI DAN MENENTUKAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.       Sima’I Naqli (pendengaran seperti apa adanya)
Cara ini didasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yg hidup pada saat menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat,bagaimana,di mana, dan peristiwa apa yg berkaitan dengan turunya wahyu itu.
2.       Qiyasi Ijtihadi ( bersifat Ijtihad)
Cara ini didasarkan pada cirri-ciri Makkiyah dan Madaniyah, apabila dalam surat Makkiyah terdapat suatu ayat yg mengandung sifat Madani maka dikatakan bahwa ayat itu Madani, begitu juga sebaliknya.

PERBEDAAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.       Dari segi waktu turunnya
Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Makkah
Madaniyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah
Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan Arafah adalah madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Makkah, misalnya Firman Allah,
QS An Nisaa : 58
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr&          ÇÎÑÈ

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…………….”
Ayat ini diturunkan di Makkah dalam Ka’bah pada tahun penaklukan Makah atau diturunkan pada hari haji Wada’, seperti Firman Allah, “pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Al maidah :3)
PENDAPAT INI LEBIH BAIK DARI KEDUA PENDAPAT BERIKUT, KARENA IA LEBIH MEMBERIKAN KEPASTIAN DAN KONSISTEN
2.       Dari segi tempat turunnya
Makkiyah adalah yang turunnya di makkah, dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, Hudaibiyah.
Madaniyah adalah yang turunnya di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sil
Pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara spesifik dan batasan yg jelas , sebab yg turun dalam perjalanan seperti Tabuk atau baitul Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya, sehingga statusnya tidak jelas Makkiyah atau Madaniyah.
3.       Dari segi sasarannya (pola kalimat)
Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Makkah
Berdasarkan pendapat ini para pendukungnya mengatakan bahwa ayat Al Qur’an yang mengandung seruan “ya ayyuhan nas” (wahai manusia) adalah Makkiyah
Madaniyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah
Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuhal ladzina amanu” (wahai orang-orang yg beriman) adalah Madaniyah.
Namun kalau diteliti dengan seksama , ternyata kebanyakan kandungan Al Qur’an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu.penetapan seperti ini juga tidak konsisten. Misalnya surat Al Baqarah itu disebut Madaniyah, tetapi di dalamnya terdapat ayat,
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Surat An Nisaa adalah Madaniyah, tetapi dibuka dengan “ya ayyuhan-nas”. Surat Al Hajj juga Makkiyah tetapi didalamnya terdapat juga “wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…..” ( Al Hajj; 77).
Demikianlah beberapa faedah dan kaidah di dalam menentukan tentang surat dan ayat yang terdapat di dalam Al qur’an apakah masuk ke dalam Makkiyah atau Madaniyah sehingga memudahkan kita untuk mempelajari dan menafsirkan Al Qur’an. Sehingga kita masuk ke dalam kategori yang telah nabi sabdakan kepada umat manusia yaitu menjadi manusia yang terbaik dihadapan Allah swt.

Sumber : Pengantar studi Ilmu Al Qur'an  ( Syaikh Manna al qaththan)

Apa itu Neraka Hawiyah?


Allah swt berfirman di dalam surat Al Qariah ayat 10-11
!$tBur y71 درu÷Šr& $tB ÷muÏd ÇÊÉÈ î$tR ر8puŠÏB%tn ÇÊÊÈ


"tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas".

Hawiyah artinya adalah neraka yang paling panas dan merupakan neraka yang paling bawah dan paling  mengerikan ada juga yang mengartikan "Hawiyah" adalah jurang yang paling dalam yang mana orang-orang munafik bersemayam selama-lamanya.

Adapun tingkatan neraka dari yang panas sampai yang paling panas adalah sebagai berikut:


1. Neraka Jahanam, Jahannam
“… Demi Neraka jahanam di datangkan untuk semua orang walaupun hanya mampir dalam 1 hari.” (duh .. berarti setiap orang bakal mampir ..)
Neraka paling "ringan", tingkat yang atas sekali tempat umat Muhammad  yang melakukan dosa kecil maupun besar.

2. Neraka Ladhoh, Luza
Lazha berarti api yang bergejolak karena mampu melepaskan kulit kepada. Tingkat kedua yaitu tempat orang yang tidak mau bertauhid dan mendustakan ajaran Nabi Muhammad saw.  “Sebab itu Kami beri kabar pertakut kamu dengan Neraka Luza (neraka yang menyala-nyala). Tiada yang masuk kedalamnya selain orang yang celaka. Yaitu orang yang mendustakan agama dan berpaling dari pada-Nya.” (Q.S. Al-Lail: 14-16)

3. Neraka Saqar
Saqar berarti burung elang, karena ia memakan daging bukan tulang. 

4. Neraka Khutamah, Hathamah
 “… Tahukah engkau apakah Hathamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan Allah) yang dinyalakan" (Al-Humazah: 5-6). Api itu membakar mulai dari telapak kaki sampai ke hati. Ia juga melontarkan bunga api sebesar istana.

5. Neraka Jahim 
Tingkat ke-lima yaitu neraka jahim. Jahim berarti yang selalu menyala-nyala karena onggokan-onggokan baranya sedemikian besar. Konon satu onggok saja besarnya sebesar dunia.

6. Neraka Sa'ir
Disebut Sa'ir berarti yang membakar, karena selalu membakar para penghuninya. Sejak diciptakan ia tidak pernah padam. Didalamnya ada tiga ratus istana, di tiap istana ada tiga ratus rumah, dan pada tiap rumah terdapat tiga ratus macam siksa berupa ular, kalajengking, rantai, dsb.

7. Neraka Hawiyah, Hawiyah.
Inilah neraka paling bawah, paling mengerikan. Hawiyah berarti jurang yang dalam. Barang siapa yang masuk ke jurang ini, selama-lamanya tidak akan kembali. Dalam neraka ini terdapat sumur hab-hab atau sumur yang menyala-nyala. Konon, jika pintu sumur dibuka, akan keluar api dimana neraka sendiri memohon perlindungan Allah dari panasnya api. Disinilah kaum munafik ditempatkan.
Sudah tidak ada yang lebih panas lagi selain Haawiyah. Jadi api yang kita nyalakan didunia itu, dikatakan di dalam hadits adalah; Api yang dinyalakan didunia itu adalah serpihan dari api neraka yang dibagi seratus, lalu bagian tersebut dicelupkan ke dalam laut selama 40 tahun , lalu diangkat maka jadilah api dunia. 
Dan kalau azab di neraka manusia tidak mati, tetapi hidup. Selama-selamanya tidak mati. Dan di dalam neraka semakin lama semakin panas tidak ada neraka semakin ringan.
Wallahu A'lam Bishawab
Sumber: Al-Qurthubi, Imam. 2004. Rahasia Kematian, Alam Akhirat, dan Kiamat. Alih Bahasa. Penerbit Akbar

Minggu, 11 Agustus 2013

Bentuk-bentuk durhaka kepada orangtua

Kehidupan masyarakat metropolitan yang serba praktis, instan dan dipenuhi dengan materialism dan juga gaya hidup yang hedonism membuat seseorang tidak lagi peduli terhadap lingkungan sekitarnya dan juga lingkungan kerluarganya sehingga mempengaruhi pola pikir mereka, akhlak mereka mulai mengalami perubahan yang dahulu menghormati orangtua adalah sesuatu yang sangat penting dan biasa dilakukan oleh masyarakat sekarang ini menjadi suatu barang yang sangat langka. Ketika seorang anak sudah beranjak dewasa dan memiliki kehidupan sendiri beserta keluarganya lalu kehidupan mereka semakin membaik dari sisi ekonomi disitulah banyak ujian yang datang, banyak orang yang gagal dalam ujian tersebut yaitu mereka tidak lagi menghormati orangtua mereka yang sejak kecil telah mengasuh dan mendidik mereka, sehingga mereka terperosok kedalam kedurhakaan kepada orangtua mereka naudzu billah minzalik. Mereka tidak lagi menghormati orangtua dan menganggap rendah dan hina orangtua padahal Allah swt telah mengingatkan kepada manusia di dalam Al Qur’an.    
Allah swt berfirman,
ö@ygsù óOçFøŠ|¡tã bÎ) ÷LäêøŠ©9uqs? br& (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqãèÏeÜs)è?ur öNä3tB$ymör& ÇËËÈ y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# ãNßgoYyès9 ª!$# ö/àS£J|¹r'sù #yJôãr&ur öNèdt»|Áö/r& ÇËÌÈ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan telinga dan dibutakan penglihatan mereka”. (QS Muhammad : 22-23)
Allah swt akan melaknat orang yang berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya, yaitu yang telah memutuskan hubungan kekeluargaan, biasanya terjadi ketika seorang anak sudah mampu mencari uang sendiri dan merasa paling berkuasa lalu orangtua yang sudah tua renta tidak bisa berbuat apa apa lagi. Dan di dalam hadits diriwayatkan oleh Abu Bakrah, Nufai bin Harits ra., berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda,”maukah kalian aku beritahu tentang dosa yang paling besar?” (Rasulullah saw menanyakannya 3 kali). kami menjawab,”Mau.”Rasulullah saw bersabda,”Menyekutukan Allah swt dan durhaka kepada kedua orangtua.” Nabi yang saat itu bersandar kemudian duduk tegak dan bersabda, ”Juga ucapan bohong dan kesaksian palsu.” Rasulullah saw mengulangi ucapan tersebut terus-menerus hingga kami berkata, ”Andai saja beliau berhenti.(Muttafaq ‘alaih)
Dari penjelasan hadits tersebut bahwa dosa yang paling besar setelah syirik adalah durhaka kepada kedua orangtua. Didalam riwayat lain disebutkan bahwa dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah swt, durhaka kepada orang tua, membunuh, dan sumpah palsu. Berbuat durhaka kepada kedua orangtua juga menyebabkan seorang anak terhalang masuk syurga, sebagaimana Nabi Shallallahu alahi wasallam, bersabda: Dari Abu Darda, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam, bersabda “tidak akan masuk syurga anak yang durhaka kepada orangtua, peminum khamar, dan yang mendustkan Qadar”.
Adapun bentuk-bentuk durhaka kepada orangtua adalah sebagai berikut:
1.       Melakukan perbuatan yang menyakiti fisik maupun psikis orangtua, seperti menganiaya orangtua.
2.       Berkata kasar kepada kedua orangtua sehingga mereka sakit hati, dan merasa sedih.
3.       Berkata “Ah” kepada kedua orangtua, atau perkataan “cis’atau perkataan lain yang dapat menyinggung perasaannya, sehingga Allah swt melaknat seorang anak yang berkata “Ah”kepada kedua orangtua nya (QS Al Isra : 23-24)
4.       Bermuka masam ketika disuruh orangtua.
5.       Bakhil (pelit) terhadap orangtua, ketika orangtua sedang membutuhkan bantuan kepada kita, kita enggan memberikan sebagian harta kita kepadanya, padahal Rasulullah saw bersabda bahwa ketika ada seorang laki-laki yang berkata ‘ Ayahku ingin mengambil hartaku’, maka Rasulullah saw bersabda kamu dan hartamu milik ayahmu. (HR Ahmad).
6.       Menyuruh kedua orangtua, seperti; menyapu, mengepel, mencuci bajunya, menyiapkan makanan apalagi jika kedua orangtuanya sudah tua renta. Tidaklah mengapa apabila dilakukan dengan kemauannya sendiri.
7.       Tidak mau mengakui orangtuanya, karena beberapa sebab, seperti, orangtua yang sudah pikun, bertubuh cacat, jelek, dll.
8.       Berdebat kepada orangtua, dengan cara yang tidak baik, tidak santun, cenderung mendikte kedua orangtuanya.
9.       Mencemarkan nama baik kedua orangtua, menjelek-jelekan kedua orangtuanya sehingga orang lain mengetahui kejelekan kedua orangtua kita.
10.    Mendahulukan taat kepada istri baru orangtua, bahkan ada orang yang mengusir orantua nya demi memenuhi perintah istrinya, Na’udzubillah minzalik.

Demikianlah beberapa bentuk durhaka kepada orangtua dan masih banyak lagi bentuk-bentuk durhaka yang lain, semoga kita dapat mengambil pelajaran oleh karena itu jagalah sikap kita dan ucapan kita baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan jangan sampai kita sebagai seorang anak terjerumus masuk kedalam neraka hanya karena kita memandang hina dan rendah orangtua kita yang yang sudah tua renta, pikun, tuli (sekalipun mereka malas beribadah) mereka tetaplah orangtua kita yang wajib diperlakukan dengan baik dan penuh dengan kasih sayang.