Para ulama terdahulu sangat
antusias sekali mempelajari dan meneliti Kitab Suci Al Qur’an, mereka
menyelidiki surat demi surat dan ayat demi ayat yang terdapat di dalam Al
Qur’an untuk ditertibkan sesuai dengan turunnya, dengan memperhatikan waktu,
tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan suatu kecermatan yang
memberikan kepada Ulama peneliti gambaran mengenai kebenaran ilmiah tentang
ilmu Makkiyah dan Madaniyyah. Itulah sikap ulama kita dalam melakukan
pembahasan-pembahasan terhadap Al qur’an dan juga masalah lainnya.
Merupakan satu kerja yang sangat
besar apabila seorang ulama peneliti mnyelidiki turunnya wahyu dalam segala
tahapannya, mengkaji ayat-ayat, serta kapan dan di mana turunnya apakah
termasuk Makkiyah atau Madaniyah. Apabila terdapat surat atau ayat yang kurang
jelas karena banyak ragamnya, maka akan ia kumpulkan, bandingkan dan
klasifikasikan mana yang serupa dengan yang turun di Makkah dan mana pula yang
serupa dengan yang turun di Madinah.
Para ulama yang meneliti tentang
ilmu Maki dan Madani sangat berjasa sekali di dalam mengembangkan ilmu-ilmu
yang terdapat di dalam Al Qur’an sehingga memudahkan umat islam untuk
mempelajari dan menfasirkan Al Qur’an sehingga bermanfaat bagi umat baik di
dunia maupun di akhirat. Sungguh para ulama-ulama tersebut akan mendapatkan
kemuliaan dan kebaikan di dunia maupun di akhirat, Rasulullah saw bersabda خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه “sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari Al qur’an dan mengajarkannya”.
FAEDAH MENGETAHUI MAKKIYAH DAN
MADANIYAH
1.
Untuk dijadikan alat bantu
dalam menafsirkan Al Qur’an.
2.
Meresapi gaya bahasa Al
Qur’an dan memanfaatkannya dalm metode berdakwah menuju jalan Allah.
3.
Mengetahui sejarah hidup
Nabi melalui ayat-ayat Al Qur’an.
CARA MENGETAHUI DAN MENENTUKAN
MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.
Sima’I Naqli (pendengaran
seperti apa adanya)
Cara ini
didasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yg hidup pada saat menyaksikan
turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para
sahabat,bagaimana,di mana, dan peristiwa apa yg berkaitan dengan turunya wahyu
itu.
2.
Qiyasi Ijtihadi ( bersifat
Ijtihad)
Cara ini didasarkan
pada cirri-ciri Makkiyah dan Madaniyah, apabila dalam surat Makkiyah terdapat
suatu ayat yg mengandung sifat Madani maka dikatakan bahwa ayat itu Madani,
begitu juga sebaliknya.
PERBEDAAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1. Dari segi waktu turunnya
Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah
meskipun bukan di Makkah
Madaniyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah
sekalipun bukan di Madinah
Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan
Arafah adalah madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Makkah,
misalnya Firman Allah,
QS An Nisaa : 58
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& ÇÎÑÈ
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…………….”
Ayat ini
diturunkan di Makkah dalam Ka’bah pada tahun penaklukan Makah atau diturunkan
pada hari haji Wada’, seperti Firman Allah, “pada hari Ini Telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
(Al maidah :3)
PENDAPAT
INI LEBIH BAIK DARI KEDUA PENDAPAT BERIKUT, KARENA IA LEBIH MEMBERIKAN
KEPASTIAN DAN KONSISTEN
2. Dari segi tempat turunnya
Makkiyah adalah yang turunnya di makkah, dan
sekitarnya seperti Mina, Arafah, Hudaibiyah.
Madaniyah adalah yang turunnya di Madinah dan
sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sil
Pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya pengecualian
secara spesifik dan batasan yg jelas , sebab yg turun dalam perjalanan seperti
Tabuk atau baitul Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya, sehingga
statusnya tidak jelas Makkiyah atau Madaniyah.
3. Dari segi sasarannya (pola kalimat)
Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Makkah
Berdasarkan pendapat ini para pendukungnya mengatakan
bahwa ayat Al Qur’an yang mengandung seruan “ya ayyuhan nas” (wahai
manusia) adalah Makkiyah
Madaniyah adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Madinah
Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuhal
ladzina amanu” (wahai orang-orang yg beriman) adalah Madaniyah.
Namun kalau diteliti dengan seksama , ternyata
kebanyakan kandungan Al Qur’an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan
itu.penetapan seperti ini juga tidak konsisten. Misalnya surat Al Baqarah itu
disebut Madaniyah, tetapi di dalamnya terdapat ayat,
$pkr'¯»t â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇËÊÈ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Surat An Nisaa
adalah Madaniyah, tetapi dibuka dengan “ya ayyuhan-nas”.
Surat Al Hajj juga Makkiyah tetapi didalamnya terdapat juga “wahai
orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…..” ( Al Hajj;
77).
Demikianlah beberapa faedah dan kaidah di dalam
menentukan tentang surat dan ayat yang terdapat di dalam Al qur’an apakah masuk
ke dalam Makkiyah atau Madaniyah sehingga memudahkan kita untuk mempelajari dan
menafsirkan Al Qur’an. Sehingga kita masuk ke dalam kategori yang telah nabi sabdakan
kepada umat manusia yaitu menjadi manusia yang terbaik dihadapan Allah swt.Sumber : Pengantar studi Ilmu Al Qur'an ( Syaikh Manna al qaththan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar