Senin, 12 Agustus 2013

Faedah dan kaidah mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Para ulama terdahulu sangat antusias sekali mempelajari dan meneliti Kitab Suci Al Qur’an, mereka menyelidiki surat demi surat dan ayat demi ayat yang terdapat di dalam Al Qur’an untuk ditertibkan sesuai dengan turunnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan suatu kecermatan yang memberikan kepada Ulama peneliti gambaran mengenai kebenaran ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyyah. Itulah sikap ulama kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap Al qur’an dan juga masalah lainnya.
Merupakan satu kerja yang sangat besar apabila seorang ulama peneliti mnyelidiki turunnya wahyu dalam segala tahapannya, mengkaji ayat-ayat, serta kapan dan di mana turunnya apakah termasuk Makkiyah atau Madaniyah. Apabila terdapat surat atau ayat yang kurang jelas karena banyak ragamnya, maka akan ia kumpulkan, bandingkan dan klasifikasikan mana yang serupa dengan yang turun di Makkah dan mana pula yang serupa dengan yang turun di Madinah.
Para ulama yang meneliti tentang ilmu Maki dan Madani sangat berjasa sekali di dalam mengembangkan ilmu-ilmu yang terdapat di dalam Al Qur’an sehingga memudahkan umat islam untuk mempelajari dan menfasirkan Al Qur’an sehingga bermanfaat bagi umat baik di dunia maupun di akhirat. Sungguh para ulama-ulama tersebut akan mendapatkan kemuliaan dan kebaikan di dunia maupun di akhirat, Rasulullah saw bersabda خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهsebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al qur’an dan mengajarkannya”.
FAEDAH MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.       Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Al Qur’an.
2.       Meresapi gaya bahasa Al Qur’an dan memanfaatkannya dalm metode berdakwah menuju jalan Allah.
3.       Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al Qur’an.
CARA MENGETAHUI DAN MENENTUKAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.       Sima’I Naqli (pendengaran seperti apa adanya)
Cara ini didasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yg hidup pada saat menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat,bagaimana,di mana, dan peristiwa apa yg berkaitan dengan turunya wahyu itu.
2.       Qiyasi Ijtihadi ( bersifat Ijtihad)
Cara ini didasarkan pada cirri-ciri Makkiyah dan Madaniyah, apabila dalam surat Makkiyah terdapat suatu ayat yg mengandung sifat Madani maka dikatakan bahwa ayat itu Madani, begitu juga sebaliknya.

PERBEDAAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.       Dari segi waktu turunnya
Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Makkah
Madaniyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah
Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan Arafah adalah madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Makkah, misalnya Firman Allah,
QS An Nisaa : 58
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr&          ÇÎÑÈ

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…………….”
Ayat ini diturunkan di Makkah dalam Ka’bah pada tahun penaklukan Makah atau diturunkan pada hari haji Wada’, seperti Firman Allah, “pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Al maidah :3)
PENDAPAT INI LEBIH BAIK DARI KEDUA PENDAPAT BERIKUT, KARENA IA LEBIH MEMBERIKAN KEPASTIAN DAN KONSISTEN
2.       Dari segi tempat turunnya
Makkiyah adalah yang turunnya di makkah, dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, Hudaibiyah.
Madaniyah adalah yang turunnya di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sil
Pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara spesifik dan batasan yg jelas , sebab yg turun dalam perjalanan seperti Tabuk atau baitul Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya, sehingga statusnya tidak jelas Makkiyah atau Madaniyah.
3.       Dari segi sasarannya (pola kalimat)
Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Makkah
Berdasarkan pendapat ini para pendukungnya mengatakan bahwa ayat Al Qur’an yang mengandung seruan “ya ayyuhan nas” (wahai manusia) adalah Makkiyah
Madaniyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah
Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuhal ladzina amanu” (wahai orang-orang yg beriman) adalah Madaniyah.
Namun kalau diteliti dengan seksama , ternyata kebanyakan kandungan Al Qur’an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu.penetapan seperti ini juga tidak konsisten. Misalnya surat Al Baqarah itu disebut Madaniyah, tetapi di dalamnya terdapat ayat,
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Surat An Nisaa adalah Madaniyah, tetapi dibuka dengan “ya ayyuhan-nas”. Surat Al Hajj juga Makkiyah tetapi didalamnya terdapat juga “wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…..” ( Al Hajj; 77).
Demikianlah beberapa faedah dan kaidah di dalam menentukan tentang surat dan ayat yang terdapat di dalam Al qur’an apakah masuk ke dalam Makkiyah atau Madaniyah sehingga memudahkan kita untuk mempelajari dan menafsirkan Al Qur’an. Sehingga kita masuk ke dalam kategori yang telah nabi sabdakan kepada umat manusia yaitu menjadi manusia yang terbaik dihadapan Allah swt.

Sumber : Pengantar studi Ilmu Al Qur'an  ( Syaikh Manna al qaththan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar