Jumat, 23 Agustus 2013

HUJATAN TERHADAP ULAMA DAN TOKOH-TOKOH IKHWANUL MUSLIMIN

IMAM ASYAHID HASAN AL BANNA
Al Ikhwan Al Muslimun adalah gerakan Islam terbesar abad modern yang didirikan oleh As Syahid Hasan Al Banna pada tahun 1928 M di Mesir. Fikrah dan jaringannya tersebar  keberbagai penjuru dunia mendapat sambutan yang luar biasa dan antusias dari mayoritas umat Islam. Umat menyambutnya dengan tangan terbuka dan senang hati seperti antrian pasien yang telah lama menanti seorang tabib yang akan mengobati penyakit mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri juga ada sebagian kecil umat yang menentangnya melalui berbagai media, majelis, dan lembaga yang mereka miliki. Pandangan sinis, Su'uzhann, bahkan tuduhan terus-menerus dilayangkan ke arah Ikhwan. Bahkan di mata mereka, Ikhwan adalah gerakan yang sama dengan tong sampah.*1
Tidak ada kekhawatiran sedikitpun jika berbagai celaan itu datangnya dari kalangan atheis, komunis, sosialis, kapitalis, sekuleris, hedonis dan berbagai isme materealis lainnya, karena itulah tugas mereka. Namun, kenyataan pahit bahwa celaan itu datangnya dari saudara seiman; kawan seperjuangan yang telah mendakwakan dirinya sebagai penyeru dakwah tauhid, pemberantas bid'ah dan syirik. Para Ulama dan tokoh-tokoh dakwah Islam dihina serendah dasar lautan. Mereka mengolok-olok memberi gelar Mubtadi' dan fasiq, serta menyingkirkan karya-karyanya dari peredaran. Sungguh tidak ada pembenaran sedikitpun dari perilaku ganjil mereka; tidak ada dalam Al Qur'an; tidak ada dalam hadits; dan tidak ada dalam atsar para sahabat dan salafush shalih.
Allah swt memang pernah mencela, Rasul pun demikian. Namun, semua itu ditujukan kepada manusia-manusia yang memang pantas menerimanya, seperti Fir'aun, Abu jahal, Abu Lahab, Bani Israel, dan penyembunyi kebenaran, kaum munafik. Semua telah dicela Allah swt dan Rasul-Nya. 
Namun, jika yang dicela adalah para ulama dan tokoh-tokoh dakwah yang telah diakui oleh umat Islam sedunia- bahkan diakui pembesar-pembesar ulama masa kini, termasuk panutan pencela-hal itu adalah pandangan yang sangat aneh dan tidak mengenakkan. Amat baik jika mereka memperbaiki dan merenovasi pola pikir , akhlak, dan adab mereka yang bermasalah.
Mereka menganggap telah melakukan upaya tahdzir.*2 -sebenarnya lebih tepat disebut celaan- terhadap ulama dan tokoh-tokoh Ikhwan seperti; Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qardhawi, Muhammad al Ghazaly, Abul A'la al Maududy, dan Abdul Qadir 'Audah. Tahdzir yang mereka inginkan didapat, begitu pula ketenaran. Banyak orang akan berkata, " Lihat si fulan berani men-tahdzir Yusuf al Qaradhawy" sehingga nama mereka diabadikan sebagai seorang yang berani menelanjangi kehormatan para ulama. Sejarah telah berjalan, manusia telah berganti, tetapi mereka yang tercaci tetap hidup di hati umat dan abadi karena keikhlasan mereka dalam fi sabilillah dengan darah dan pena mereka.
Banyak sekali hujatan dan celaan yang dilakukan oleh orang atas nama Ahlusunnah terhadap Ikhwan dan gerakan lain. sebagai contoh, ia berkomentar terhadap al Maududy, " Tulisannya kekal, sedang si penulis sudah biasa".
Syaikh Muhammad bin Hadi -semoga Allah swt memberi petunjuk kepadanya dan kita -pernah mengatakan bahwa Sururiyin dan Ikhwaniyin adalah ahli bid'ah paling berbahaya zaman ini. Yusuf al Qaradhawy dianggap ahli bid'ah dan al Qaradha (sang penggunting) Assunnah. Hasan Al Banna dituduh sebagai sufi berpaham bathiniyah (paham sesat dalam tasawwuf).
Ya Allah....! Kami tidak mengerti hal yang membuat Muhammad bin hadi bersikap seperti itu. Apakah ia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, bahwa fatwa Yusuf al Qaradhawy tentang jihad di palestina peperangan melawan israel adalah bukan masalah Aqidah, melainkan mereka telah menyerang dan mengusir penduduk Palestina -adalah fatwa paling jahat!
fatwa seperti itu adalah pandangan jumhur (mayoritas) ulama. jumhur ulama mengatakan peperangan kita dengan orang kafir bukanlah masalah aqidah, melainkan karena adanya permusuhan dan pengusiran yang mereka lakukan terhadap kita. Seperti yang dikatakan Ibnu Taimiyah dalam Risalah Qital. Apakah Muhammad bin Hadi menganggap jumhur ulama dan Ibnu Taimiyyah berfatwa jahat?
Masih kurang puas, Zaid bin Hadi membuat seruan terbuka kepada segenap toko buku dan penerbitan yang isinya agar manusia menjauhi buku-buku, kaset-kaset, dan selebaran yang dikarang Sayyid Quthb, Muhammah al Ghazaly, Muhammad Surur, Sa'id Hawwa, Salman al 'Audah, 'Aidh al Qarny. Demikianlah sebagian celaan itu, terjadi dan terus terjadi hingga hari ini. Hal itu pun diikuti sebagian kecil pemuda yang awam terhadap masalah sebenarnya sebagai taqlid mereka terhadap tokoh-tokoh mereka.
Seharusnya pemuda itu selain mempelajari akidah, fiqh, tafsir, dan hadits juga harus mempelajari cara seorang muslim berakhlak terhadap muslim lainnya, terhadap orangtua, guru, orang yang berbeda pandangan, dan ulama.
Sesungguhnya Rasulullah saw mengajarkan umat Islam untuk menghormati ulama dan mencintainya. Jika mereka keliru dalam ijtihad-nya, kita serahkan kepada ulama yang ilmunya mumpuni untuk memberi koreksi secara ilmiah dan etis tanpa mengingkari haknya untuk tetap memperoleh penghargaan satu pahala dari Allah Swt. Jika mereka benar, kita diajarkan untuk menerimanya karena kebenaran hakikatnya hanyalah dari Allah Swt. Tidak selayaknya kita malu menerima kebenaran itu walau datangnya dari musuh, apalagi dari ulama. Kesombongan adalah sikap tidak mau menerima kebenaran. 

Sumber : Al Ikhwan Al Muslimun / Farid Nu'man
*1 Penerjemah buku Terorisme dalam Tinjauan Islam ( Al Irhab wa Atsaruhu 'alal Afrad wal Umam-terjemahan langsungnya Teror dan Pengaruhnya atas Individu dam Umat) berkata, " tepat sekali jika gerakan IM dinyatakan sebagai gerakan tong/tempat sampah. Semua yang berbau busuk dan kotor ada di dalamnya." (Zaid bin Muhammad bin Hadi al Madkhaly, Terorisme dan Tinjauan Islam, hlm. 50, catatan kaki no.13). 
*2 Tahdzir adalah upaya ulama uuntuk menerangkan kekeliruan seseorang agar umat berhati-hati dan menjauhi kesalahan orang tersebut. Upaya Tahdzir itu harus dilakukan oleh orang yang mendalam ilmunya, buka para pemuda penuntut ilmu yang usil mulutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar